Forms of resistance that occur in Betawi Cultural Village (Perkampungan Budaya Betawi) Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan against state domination
List of Authors
  • Heddy Shri Ahimsa-Putra , Nani Haryanih

Keyword
  • resistance, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Betawi, Betawi Cultural Village, state domination

Abstract
  • Setu Babakan (setu or situ means small lake), is a residential area located in Srengseng Sawah, Jagakarsa District, South Jakarta. Setu Babakan is a village area designated by the Provincial Government of DKI Jakarta as a place for continuous conservation and development of Betawi Culture. The Jakarta government is currently trying to preserve Betawi culture, which is slowly fading amidst the progress of the modern era. One of the preservation efforts is to create a cultural tourism area in Setu Babakan, South Jakarta. This research is to find out what are the resistance forms that occur in the Betawi Cultural Village, Setu Babakan, Jakarta. This research uses ethnographic methodology. For the forms of resistance in my research, I divide it in three (3) outlines namely closed (quiet) resistance, semi-open resistance and open resistance. (Bloch in Scott, 1993: 323). From my research results, I can conclude that many forms of resistance that emerged in the Betawi Cultural Village in Setu Babakan, Jakarta are forms of semi-open resistance, namely in the form of: Home Architecture (No Betawi nuances); Refusing Assistance in Renovating Houses to Betawi Nuance; and Refusing the appearance of Non-Betawi Art Studio in the Setu Babakan Betawi Cultural Village. While in my opinion there is only one form of closed resistance that is: refusing to Follow the Local Wisdom Values of the Betawi Community in the Setu Babakan UN Area which is carried out by several community members who live in the Betawi Cultural Village Area of Setu Babakan.

Reference
  • 1. Amanda, A. (2016). Peran Agensi Budaya dan Praktik Multikulturalisme di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 3 (2): 40-58.

    2. Barker, C. (2008). Cultural Studies Teori dan Praktik (Rev Ed.). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

    3. Bennett, T. (1998). Culture: A Reformer’s Science. St. Leonards, NSW: Allen & Unwin.

    4. Febrianty, D. (2001). Respon Orang Betawi terhadap Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (Essay). Depok: Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

    5. Hall, S. (1996e). ‘For Allon White: Methaphors of Transformation’ dalam D.Morley dan D.K. Chen (eds.) Stuart Hall. London: Routledge.

    6. Haris, S. (1999). Kecurangan dan Perlawanan Rakyat dalam Pemilu 1997. Jakarta: Yayasan Obor bekerjasama dengan PPW LIPI.

    7. Hidayat, R. (2010). Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16 (50): 560-572.

    8. Karim, E. (2001). Perubahan Pola Okupasi dan Pola Kehidupan Keluarga Etnik Betawi di Pedesaan Depok (Tahun 1974-1995) (Essay). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    9. Megawanti, P. (2015). Persepsi Masyarakat Setu Babakan Terhadap Perkampungan Budaya Betawi Dalam Upaya Melestarikan Kebudayan Betawi. Jurnal Sosio-E-Kons, 7 (3): 226-238.

    10. Rahyono. F.X. ( 2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

    11. Saidi. (1994). Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta. Jakarta: Gunara Kata.

    12. Scott, J.C. (1993). Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

    13. ----------. (1990). Domination and The Arts of Resistance. New Haven: Yale Univesity Press.

    14. Suriadi, A. (2003). Perlawanan Pedagang Kaki Lima dalam Penertiban Pemda DKI Jakarta (Studi Kasus di Perempatan Ciracas) (Thesis). Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

    15. Tjahjono, G. & Tjahono, G. (2003). Reviving the Betawi Tradition: The Case of Setu Babakan, Indonesia. Traditional Dwellings and Settlements Review, 15 (1): 59-71.

    16. Windarsih, A. (2013). Memahami “Betawi” Dalam Konteks Cagar Budaya Condet dan Setu Babakan. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 15 (1): 177-200.

    17. Wiratmoko, N.T., et.al. (2004). Yang Pusat dan Yang Lokal: Antara Dominasi, Resistensi, dan Akomodasi Politik di Tingkat Lokal. Salatiga: Pustaka Percik.

    18. Yanuarizki, I. (2013). Partisipasi Masyarakat Pendatang pada Pelestarian Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan (Essay). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia dari repository.upi.edu.